
RABIES: Jangan Dilupakan!
28 September adalah hari yang dicanangkan sebagai hari Rabies Internasional. Tanggal 28 September, yang merupakan tanggal lahir Louis Pasteur, dipilih sebagai penghargaan bagi beliau sebagai penemu vaksin rabies. Mengapa dunia menganggap Rabies penting, sehingga diberikan hari khusus sebagai pengingat? Hari Rabies dicanangkan untuk meningkatkan kesiagaan dan advokasi dalam rangka eliminasi rabies secara global.
Tema hari Rabies tahun 2024 adalah Breaking Rabies Boundaries, dengan harapan dapat tercapainya tujuan Zero by 30 (kasus rabies nihil pada tahun 2030). Kesempatan ini juga digunakan untuk mengingatkan kita semua bahwa pencegahan rabies tidak terbatas hanya saat hari Rabies semata-mata, tapi perlu dikerjakan secara berkesinambungan dengan target menurunkan jumlah kasus kematian karena rabies.
Rabies, atau yang lebih dikenal sebagai penyakit anjing gila, adalah salah satu penyakit zoonosis* yang mematikan, yang sudah dikenal selama lebih dari 4 ribu tahun. 99% kasus rabies pada manusia terjadi akibat gigitan anjing terinfeksi. Rabies sudah dapat dieliminasi di negara-negara maju, tetapi masih merupakan ancaman di sebagian negara2 berkembang di Afrika dan Asia. Lebih dari 95% kasus rabies pada manusia terjadi di Afrika dan Asia. Lebih dari 80% kasus rabies terjadi di daerah pinggiran dengan akses yang terbatas untuk edukasi kesehatan dan terapi pasca gigitan.
Dalam tulisan ini, kita akan mengenal apa itu penyakit rabies, gejala, dan pencegahan rabies (baik sebelum terpapar maupun setelah terpapar).
Apa itu rabies?
Rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Rabies. Virus Rabies menginfeksi mamalia (hewan berdarah panas), antara lain anjing, kucing, ternak, dan hewan liar.
Manusia dan hewan dapat tertular rabies melalui air liur, biasanya melalui gigitan, cakaran, atau kontak langsung dengan mukosa (misalnya mata, mulut, atau luka terbuka). Virus masuk ke dalam tubuh, kemudian menyerang susunan saraf pusat, menyebabkan radang otak dan sumsum tulang belakang. Saat gejala klinis muncul, rabies bersifat 100% fatal.
Anjing adalah hewan yang mentransmisi virus pada sebagian besar kasus (sekitar 99 persen). Kelompok usia 5-14 tahun merupakan korban tersering dari infeksi rabies.
Kasus rabies dapat ditemukan di semua benua di dunia, kecuali Artatika. Secara global, terdapat sekitar 59 ribu kematian akibat rabies pertahun. Rabies merupakan penyakit tropis yang sering terlupakan, terutama menjangkiti populasi marjinal.
Rabies adalah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi, baik pada manusia maupun pada hewan penular rabies. Meskipun tersedia vaksinasi dan immunoglobulin yang efektif untuk rabies, ke-2 hal tersebut seringkali sulit didapat atau tidak terjangkau bagi yang membutuhkan.
Gejala Rabies
Masa inkubasi rabies (masa sejak virus masuk sampai timbul gejala) adalah 2-3 bulan, tetapi dapat berkisar antar 1 minggu sampai 1 tahun, tergantung dari faktor lokasi masuknya virus dan beban virus (viral load). Gejala awal rabies antara lain gejala nonspesifik, seperti demam, nyeri, dan rasa kesemutan, ditusuk-tusuk, atau terbakar di daerah luka. Saat virus masuk ke susunan saraf pusat, terjadi proses peradangan progresif di otak dan sumsum tulang belakang.
Terdapat dua jenis rabies:
- Furious rabiesmenunjukkan gejala hiperaktivitas, perilaku yang mudah terangsang (excitable behaviour), halusinasi, hilang koordinasi, hidrofobia (takut air), dan aerofobia (takut angin). Gejala seperti ini yang dikenal masyarakat sebagai penyakit anjing gila. Kematian dapat terjadi dalam beberapa hari akibat gagal jantung dan nafas.
- Paralytic rabiesterjadi pada sekitar 20% dari total kasus pada manusia. Perjalanan penyakit rabies jenis ini tidak sehebat dan sesingkat jenis furious rabies. Kelumpuhan otot terjadi secara bertahap, dimulai dari daerah luka gigitan. Penurunan kesadaran sampai koma terjadi tertahap, dan akhirnya terjadi kematian. Jenis rabies ini seringkali sulit terdiagnosis secara langsung.
Diagnosis Rabies
Sampai saat ini belum ada alat pemeriksaan yang dapat mendeteksi infeksi rabies sebelum gejala klinis muncul. Diagnosis klinis rabies sulit ditegakkan bila tidak diketahui adanya riwayat kontak dengan hewan penular rabies atau gejala spesifik (hidrofobia / aerofobia).
Jika gejala-gejala sudah terdeteksi dan kematian tidak dapat dihindarkan, perawatan paliatif yang komprehensif direkomendasikan.
Konfirmasi infeksi rabies postmortem dilakukan menggunakan berbagai teknik diagnostik untuk mendeteksi virus utuh, antigen virus, atau asam nukleat virus dari jaringan terinfeksi (otak, kulit, atau air liur), yang masih sulit diperiksa di Indonesia.
Bila memungkinkan, hewan penggigit juga harus diperiksa.
Pencegahan Rabies
Vaksinasi rabies pada anjing
Vaksinasi anjing melalui program vaksinasi massal adalah strategi yang paling efektif untuk mencegah rabies pada manusia, karena dapat menghentikan penyebaran pada sumbernya. Pemilik hewan peliharaan selayaknya bertanggung jawab terhadap hewan peliharaannya dengan mendukung program vaksinasi rabies.
Pembunuhan anjing liar tidak efektif untuk mengendalikan rabies.
Vaksinasi rabies pada manusia
Vaksin rabies efektif untuk mengimunisasi orang, baik sebelum dan setelah paparan potensial rabies. Terdapat 3 vaksin rabies manusia yang dikualifikasikan oleh WHO, yaitu: RABIVAX-S, VaxiRab N, dan VERORAB. Vaksin rabies untuk manusia diberikan secara intradermal (di dalam kulit).
Dikenal adanya 2 jenis pencegahan rabies melalui vaksinasi, yaitu pencegahan pra paparan (Pre-exposure prophylaxis = PrEP) dan pencegahan pasca paparan (Postexposure prophylaxis = PEP).
Pencegahan pra paparan direkomendasikan untuk orang-orang dengan pekerjaan risiko tinggi (yang berhubungan dengan virus rabies) dan orang-orang yang kegiatan profesional atau pribadinya dapat mengarah kepada kontak langsung dengan hewan terinfeksi (misalnya staf pengendalian hewan). Vaksinasi jenis ini diindikasikan sebelum perjalanan ke daerah tertentu, dan untuk masyarakat yang tinggal di daerah endemis tinggi rabies, tetapi terpencil, dan memiliki keterbatasan terhadap akses virus rabies. PrEP tidak dapat menggantikan kebutuhan PEP.
Pencegahan pasca paparan adalah respons gawat darurat terhadap paparan rabies. Setiap orang yang terpapar hewan tersangka rabies harus SEGERA menjalani perawatan pasca paparan. PEP dapat mencegah virus menjangkiti sistem saraf pusat. Protokol penilaian risiko luka dan PEP terdiri dari:
- pencucian luka secara ekstensif menggunakan air dan sabun selama minimal 15 menit segera setelah paparan.
- vaksin rabies.
- penyuntikan immunoglobulin rabies / antibodi monoklonal ke dalam luka, bila ada indikasi.
Penilaian risiko secara akurat sangat penting untuk menentukan pemberian tindakan pencegahan pasca paparan. Tabel berikut merupakan rekomendasi pemberian PEP, ditentukan berdasarkan derajat kontak dengan hewan tersangka rabies.
Catatan: Paparan kategori II and III memerlukan vaksinasi rabies manusia.
Penanganan luka yang tepat saja memberikan efektivitas hampir 100% bila dilakukan dalam 3 jam setelah gigitan. Apa yang harus Anda lakukan bila digigit anjing?
- Cuci luka dengan air mengalir dan sabun selama 15 menit
- Keringkan luka dan bubuhkan disinfektan
- Konsultasi ke dokter untuk terapi dan jadwal vaksinasi
- Karantina anjing selama 10 hari untuk mengamati gejala
Pemberian vaksinasi tergantung dari status vaksinasi sebelumnya. Untuk pasien dengan riwayat vaksinasi, diberikan vaksin pada hari kejadian (hari ke-0) dan hari ke-3. Untuk pasien tanpa riwayat imunisasi, vaksin diberikan pada hari 0, 3, 7, dan 14. Vaksin tidak boleh di lokasi yang berdekatan dengan lokasi penyuntikan imunoglobulin rabies. Imunoglobulin rabies disuntikkan sebanyak mungkin di sekitar luka. Sisa imunoglobulin disuntikkan di lokasi tidak berdekatan dengan lokasi vaksin.
Anjing tersangka penular rabies harus menjalani karantina. Bila karantina dilakukan di rumah, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Area karantina harus terisolasi dari manusia atau hewan lain, cukup ruang untuk bergerak, terlindungi dari hujan dan panas. Anjing harus diberi cukup makan dan minum, dicek 2x perhari untuk deteksi dini gejala rabies. Segera menghubungi pihak yang berwenang bila:
- Anjing mati
- Perilaku anjing berubah
- Muncul gejala rabies
- Seseorang tergigit
- Anjing kabur
Gejala rabies pada hewan:
- Fase dini: gejala berlangsung 2-3 hari, tampak perubahan sikap dan kebiasaan: bersembunyi dalam diam, iritabilitas, pupil membesar, makan sedikit.
- Fase excited: gejala saraf: excited, gelisah, menyerang, menggigit segala sesuatu, air liur berlebihan, makan barang-barang bukan makanan (batu, ranting). Sebagian tidak melewati fase ini, tetapi langsung ke fase kelumpuhan.
- Fase kelumpuhan: kelemahan tungkai, salivasi (banyak air liur), tidak dapat seimbang, jatuh dan tidak dapat bangkit, kelumpuhan memburuk dengan cepat, kematian.
Penutup
Dalam setiap aspek kehidupan kita, adalah lebih baik mencegah daripada mengobati. Mengingat bahwa infeksi rabies bersifat fatal, kita perlu mencegah terjadinya gigitan oleh anjing atau hewan penular rabies lainnya. Sangat disarankan untuk memberikan vaksinasi pada anjing peliharaan kita dan tidak melakukan hal-hal yang memicu anjing untuk menggigit, antara lain:
- Jangan menggoda binatang
- Jangan menginjak tungkai atau ekor binatang, jangan mengagetkan binatang
- Jangan melerai anjing yang berkelahi dengan tangan kosong
- Jangan mengambil makanan atau mainan anjing saat sedang digunakan
- Jangan menyentuh anak anjing saat ada induknya
Mari bersama bergandeng tangan melakukan yang terbaik untuk mengeliminasi rabies dari sekitar kita untuk mendukung gerakan Zero by 30.
*Penyakit zoonosis: infeksi pada manusia yang disebabkan oleh suatu penyebab yang dapat hidup pada hewan dan manusia.
Materi oleh : dr. Meilia Muliati Suriadi, SpS